TUGAS UTS SI & PI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Sejarah Ketenagalistrikan
Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi untuk kepentingan umum, diawali dengan perusahaan swasta Belanda yaitu NV.NIGM yang memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang tenaga listrik. Selama Perang Dunia II berlangsung, perusahaan-perusahaan listrik tersebut dikuasai oleh Jepang dan setelah kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan-perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan September 1945 dan diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik hanya sebesar 157,5 MW saja. Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas. Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk 2 perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas. Saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN sebesar 300 MW.
Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik Negara sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN). Tahun 1990 melalui Peraturan Pemerintah No. 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan. Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan dengan kebijakan di atas, pada bulan Juni 1994 status PLN dialihkan dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).
1.2  Penerapan Teknologi Informasi di PT. PLN
Kebutuhan akan akses informasi dan perkembangan teknologi membawa perubahan pada berbagai macam sistem yang sejalan dengan kehidupan manusia. Hal ini dapat kita lihat pada sistem layanan bisnis bahkan sampai pada layanan publik PT. PLN (Persero). dimana penggunaan sistem informasi menjadi hal yang sangat penting dalam terselenggaranya pelayanan kepada pelanggan. Hingga saat ini PT. PLN (Persero) selalu memberikan pelayanan mulai dari pemasangan pelanggan baru sampai dengan pembayaran berjalan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Proses pelayanan telah dilakukan secara terkomputerisasi.
Sejalan dengan tuntutan kemajuan teknologi maka PT PLN (Persero) menyadari bahwa keunggulan teknologi dalam pengelolaan proses bisnis, layanan produk yang dihasilkan akan meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen. Sejalan dengan tersebut maka sejak tahun 2002 PT PLN (Persero) telah menyusun garis besar strategi bisnis PLN dan pengaruhnya terhadap kebutuhan Teknologi Informasi, yang digunakan sebagai jembatan antara tujuan bisnis dengan strategi teknologi informasi dalam mencapai tujuan bisnis, yang tertuang dalam Surat Keputusan Direksi No. 226.K/010/DIR/2002 tentang Strategic Planning Teknologi Informasi (ITSP) di lingkungan PT PLN (Persero).
Dalam perkembangannya pada tahun 2004 telah menemukan gambaran lebih rinci dari bisnis proses, pemetaannya terhadap arsitektur Teknologi Informasi PLN sampai dengan Road Map selama 8 tahun mendatang dengan didukung oleh penjelasan rinci struktur organisasi IT PLN, IT Security Plan, Audit Plan dan Disaster Recovery Plan, strategi ini dimuat dalam buku Information Technology Master Plan (IT Master Plan) seperti dituangkan dalam Keputusan Direksi No. 152.K/010/DIR/2004. Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) hanyalah suatu sistem / peralatan pendukung yang berfungsi untuk membantu dalam menjalankan proses bisnis perusahaan yang lebih terstruktur dan transparan yang akan semakin penting sehubungan dengan keinginan agar PLN menjadi sebuah perusahaan modern, maju dan mandiri sehingga dapat bersaing dengan perusahaan sejenisnya.
Penerapan Teknologi Informasi di PT PLN (Persero) sangatlah penting tetapi tingkat kesulitannya juga tinggi selain kesulitan di sisi teknik yaitu Hardware & Software juga kendala yang tidak kalah pentingnya adalah persiapan Brainware.

1.3  Tujuan Implementasi sistem informasi di dalam manajemen PT. PLN antara lain:

  1. Untuk memperbaiki tingkat layanan kepada para pembeli, pemasok, dan pengguna
  2. Untuk mengembangkan sebuah pendekatan pengadaan yang lebih terintegrasi melalui rantai suplai perusahaan tersebut
  3. Untuk meminimalkan biaya-biaya transaksi terkait pengadaan melalui standarisasi, pengecilan, dan otomatisasi proses pengadaan di dalam dan di mana yang sesuai dengan agensi-agensi dan sektor-sektor
  4.  Untuk mendorong kompetisi antar pemasok sekaligus memelihara sumber pasokan yang dapat diandalkan
  5. Untuk mengoptimalkan tingkatan-tingkatan inventori melalui penerapan praktek pengadaan yang efisien
  6. Untuk mengefektifkan penggunaan sumber daya manusia dalam proses pengadaan
  7. Untuk mengurangi pengeluaran putus kontrak dengan menggunakan teknologi untuk meningkatkan kewaspadaan pengguna terhadap fasilitas-fasilitas kontrak yang ada dan membuatnya lebih mudah untuk menentangnya
  8. Untuk meningkatkan kemampuan membeli dengan menggunakan teknologi untuk mendukung identifikasi peluang untuk penyatuan dan dengan memfasilitasi penyatuan persyaratan pengguna di dalam dan melalui garis-garis bisnis
  9.  Mengurangi biaya-biaya transaksi dengan menggunakan teknologi untuk mengotomatisasikan proses-proses, yang mana masih tercetak (paper-based), dan untuk mengecilkan, dan menstandarisasi proses-proses dan dokumentasi.


1.4  Manfaat Implementasi sistem informasi di dalam manajemen PT. PLN antara lain :

  1.  PT PLN (Persero) akan lebih profesional, mandiri dan tampil lebih modern dalam melayani kebutuhan energi listrik kepada pelanggan
  2. Investasi dalam membangun Infrastruktur Jaringan Teknologi Informasi di PT PLN (Persero) dapat bermanfaat karena dapat dioperasikan secara optimal
  3. PT PLN (Persero) mendapatkan harga pembelian barang yang terkontrol, mempercepat waktu proses pengadaan dan akan lebih transparan saat melakukan pembelian barang
  4. PT PLN (Persero) mereduksi biaya pengadaan barang/jasa sehingga menghemat sampai dengan 50% anggaran
  5. memperlancar komunikasi buyer – supplier dan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada supplier.

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1  Pengertian Sistem Informasi
        Sistem Informasi merupakan sarana untuk menghasilkan sebuah informasi. Dari  beberapa nara sumber didapat definisi sistem informasi sebagai berikut :
Menurut James Alter (1992) dalam Agus Mulyanto (2009:28) mendefinisikan sistem informasi sebagai sebagai kombinasi antarprosedur kerja, informasi, orang dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi. 
Sedangkan menurut Tata Sutabri (2005:42)  mendefinisikan bahwa Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
Menurut Haryadi (2009:28), Sistem Informasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem didalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, alat proses tipe transaksi rutin tertentu, pemberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting serta penyedia suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan.

2.2 Pengertian Umum Sistem Informasi Manajemen
 Pengertian Sistem Informasi Manajemen  Secara umum sistem merupakan kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Jerry Fith Gerald sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sistem Informasi merupakan suatu system terintegrasi yang mampu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya ataupun sebuah sistem terintegrasi atau sistem manusia-mesin,untuk menyediakan informasi untuk mendukung operasi, manajemen dalam suatu organisasi.
 Istilah yang umum dikenal orang adalah sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu (intregeted) untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Sistem ini menggunakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) komputer, prosedur pedoman, model manajemen dan keputusan, dan sebuah data base. Jadi Sistem Informasi Manajemen adalah prosedur pengolahan data yang dikembangkan dalam suatu sistem (terintegrasi) dengan maksud memberikan informasi secara intern & ekstern kepada manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan.



BAB III
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1  Sistem Informasi Dalam Manajemen PT PLN (Persero)
Program pengembangan sistem informasi manajemen PLN memprioritaskan implementasi aplikasi perusahaan dan manajemen pelanggan.
Aktivitas yang telah dilakukan perusahaan hingga akhir 2006 adalah antara lain :


  1.          Enterprise Resource Planning (ERP)

Operasi sepenuhnya dari sistem ERP dimulai dari 4 projek awal (pilot project), antara lain: kantor utama, distribusi bali, distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dan PLN P3B. Inisiasi implementasi program Go Live Support Extension (GLSE)
Dengan pembuatan aplikasi Enterprise Resources Planning (ERP), yang telah dilakukan pada kantor utama, distribusi Bali, distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dan PLN P3B dan ditujukan sebagai program implementasi awal dari Go Live Support Extension (GLSE) yang ditujukan untuk mendukung perubahan sistem informasi manajemen secara luas dalam operasional PLN yang sebelumnya belum maksimal dalam menerapkan ERP.

                2. Information Technology Master Plan (ITMP)

Pembuatan aplikasi Enterprise Resources Planning (ERP), dimana salah satunya adalah corporate and shared services (CSSC – Corporate Share Services Center). Pengaturan dari skenario yang terbesar dari pengembangan sebuah Customer Information System (CIS).
Selain telah menerapkan ERP, PLN juga sedang mengembangkan salah satu aplikasi ERP yang mencakup rencana pembuatan beberapa aplikasi yang termasuk dalam Information Technology Master Plan (ITMP) (rencana utama teknologi informasi) yang mencakup rencana pembuatan aplikasi corporate and shared services (CSSC – Corporate Share Services Center) yang menunjukkan integrasi antar unit PLN di satu wilayah operasi yang akan memudahkan pertukaran informasi antar unit PLN dalam wilayah operasi tersebut. Cakupan pengembangan aplikasi menurut ITMP lainnya adalah pengaturan dari scenario yang terbesar dari pengembangan sebuah Customer Information System (CIS) yang tentu saja akan memudahkan pengaturan seluruh data pelanggan, dan untuk memudahkan penentuan beban tarif yang akan ditagih pada pelanggan, sebab dengan cara manual sudah sangat tidak memungkinkan dengan bertambahnya jumlah pelanggan PLN. Dalam mengimplementasikan CIS ini, PLN telah membentuk tim untuk merancang kebijakan dan aktivitas untuk mengimplementasikan aplikasi CIS ini di tahun 2006.


                         3. Information Technology Detail Implementation Plan (ITDP)

Penyelesaian laporan dari awal, yaitu pengisian kuesioner untuk DisCo(Distribusi), TransCo(Transmisi), dan GenCo(Generasi), dan kemudian akan dilanjutkan dengan studi komparatif pada praktek terbaik sebelum kompilasi akhir dari dokumen perencanaan detail IT (IT Details Plan document).
        4. Customer Information System (CIS)
Pembentukan tim koordinasi CIS PLN 2006 yang menyusun dan menyiapkan rencana kebijakan dan aktivitas untuk mengimplementasikan aplikasi CIS PLN 2006.
       5.   E-Procurement
Pengembangan system infomasi lainnya yang diimplementasikan pada tahun 2006 adalah E-procurement, yaitu pengadaan barang secara on-line. Di sini, para supplier harus mendaftarkan perusahaannya terlebih dahulu pada PLN, setelah mendaftarkan perusahaan, PLN akan memberikan ID dan Password bagi perusahaan tersebut. ID dan Password ini digunakan untuk masuk ke web site pengadaan PLN dan kemudian akan memberikan penawaran pada PLN. PLN kemudian akan melakukan perbandingan dengan perusahaan lain yang juga telah memberikan penawaran dengan modul KHS (Unit Price Agreement / persetujuan harga unit). Supplier yang keluar sebagai pemenang akan diberitahukan melalui e-mail, web site PLN maupun telepon.
Aplikasi yang digunakan adalah aplikasi SIMAT yang menggunakan aplikasi data pendukung dari keseimbangan supply material untuk e-Proc dalam 17 unit. Hal ini berarti bahwa jika salah satu jenis stock barang yang saling bergantung telah hampir habis, maka aplikasi ini akan memberitahukan untuk segera melakukan pengadaan material yang telah hamper habis tersebut. Sebagai contoh, satu buah tiang listrik harus menampung 5 kabel listrik. Jika kabel listrik sisa 4 maka sistem akan segera memberitahukan untuk melakuikan pengadaan kabel listrik agar segera menjadi 5 untuk memenuhi syarat sebuah tiang listrik tersebut. Modul KHS (Unit Price Agreement) dari aplikasi e-Proc telah beroperasi dalam beberapa bagian unit PLN.
Ruang lingkup e-Procurement PT. PLN dibagi menjadi 3 (tiga) kebutuhan utama, antara lain : Cataloging Information System, Supply Chain Management (SCM) System, Portal e-Procurement PT. PLN. Pada kebutuhan Cataloging Information merupakan pemenuhan kebutuhan atas terbentuknya database katalog material (MDU, sparepart, SCADA, Pembangkit, Bahan Bakar, dll); sharing informasi dari persediaan, bursa, harga satuan, HPS, daftar pemasok; menyusun daftar rencana pengadaan material.
Pada kebutuhan SCM System merupakan perwujudan dari pengadaan material melalui bursa antar Unit PT. PLN, pengadaan barang/jasa melalui e-bidding dan e-auction. Sedangkan sarana portal e-Procurement merupakan usaha untuk memberikan hosting portal kepada pihak lain yang inign menggunakan jasa layanan pengadaan barang/jasa, memberikan layanan promosi/iklan melalui portal e-Procurement, dan menjadi pusat penyedia informasi.
Dalam Pengelolaan sistem e-procurement di Instansi Pemerintah berdasarkan pada :
1.      Instruksi Presiden Nomor. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government di Indonesia
2.      Keppres No 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah jo. Keppres No 61 Tahun 2004, Perpres No 32 Tahun 2005, Perpres No 70 Tahun 2005, Perpres No 8 Tahun 2006, Perpres No 79 Tahun 2006, Perpres No 85 Tahun 2006, Perpres No 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden No 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
3.      Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
4.      Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Aplikasi e-Procurement PT. PLN merupakan representasi dari Kepres 080 tahun 2003 Tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sehingga implementasi e-Procurement nanti dapat dijadikan acuan (benchmark) bagi Instansi Pemerintah atau BUMN lainnya.
e-Procurement PT. PLN (PERSERO) adalah salah satu program yang sangat membantu PT. PLN, untuk mendukung implementasi GCG dalam mewujudkan transparansi, control, keadilan (fairness), penghematan biaya dan mempercepat proses pengadaan, juga mencegah korupsi dan pada gilirannya meningkatkan Citra Perusahaan
                  6. I- SMS
Penyelesaian dari Service Cooperation Agreement untuk I-SMS 8123 untuk periode tahun 2006-2007 antara PT PLN (Persero) dan operator selular sebagai penyedia konten (Content Provider).
Penandatanganan kontrak (Agreement) dari layanan I-SMS out-in Service Pilot Project Implementation telah diadakan di APJ Surabaya Selatan pada unit distribusi PLN Jawa Timur
Sistem informasi lainnya yang baru diterapkan adalah I-SMS 8123 yang akan selesai diimplementasikan pada tahun 2006-2007 antara PT PLN (Persero) dan operator selular sebagai penyedia konten (Content Provider) pada unit distribusi PLN Jawa Timur. Layanan ini akan memberitahukan jumlah pemakaian listrik dalam satu periode, cara dan tempat pembayaran yang bisa dipilih pelanggan, dan cabang-cabang PLN yang ada dalam wilayah tertentu. Layanan I-SMS juga hanya terbatas pada daerah Jawa dan itu juga belum maksimal serta belum dikembangkan hingga seluruh Indonesia.

3.2. Hasil Analisis dan Pembahasan
 Dari penerapan sistem informasi dalam manajemen PLN seperti yang telah disebutkan diatas, merupakan penambahan dari sistem informasi manajemen yang sebelumnya telah ada pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan tentu saja untuk menunjang operasi PLN dalam menyediakan listrik bagi masyarakat luas seiring dengan perkembangan teknologi dan tentu saja permintaan listrik dari pelanggan yang semakin besar sehingga diperlukan sistem informasi manajemen yang harus bisa menunjang permintaan tersebut.
Seperti yang kita ketahui, kebutuhan listrik belakangan ini menjadi kebutuhan yang mendasar dan menjadi semakin besar peranannya bagi kita semua, sehingga dengan perkembangan teknologi yang tentu saja memerlukan tenaga listrik, PLN sebagai salah satu penyedia tenaga listrik di Indonesia tentu saja harus bisa melayani pelanggannya dengan baik. Dengan besarnya jumlah permintaan, tentu saja sistem informasi manajemen yang canggih sangat diperlukan untuk bisa mengatur semua data yang ada, mulai dari data pengadaan material penunjang pembangkit tenaga listrik, administrasi, meteran listrik yang akan diberi pada konsumen, hingga pencatatan dan pembebanan biaya atas pemakaian listrik oleh konsumen.
Dengan pembuatan aplikasi Enterprise Resources Planning (ERP), yang telah dilakukan pada kantor utama, distribusi Bali, distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dan PLN P3B dan ditujukan sebagai program implementasi awal dari Go Live Support Extension yang ditujukan untuk mendukung perubahan sistem informasi manajemen secara luas dalam operasional PLN yang sebelumnya belum maksimal dalam menerapkan ERP. Selain telah menerapkan ERP, PLN juga sedang mengembangkan salah satu aplikasi ERP yang mencakup rencana pembuatan beberapa aplikasi yang termasuk dalam Information Technology Master Plan (ITMP) (rencana utama teknologi informasi) yang mencakup rencana pembuatan aplikasi corporate and shared services (CSSC – Corporate Share Services Center) yang menunjukkan integrasi antar unit PLN di satu wilayah operasi yang akan memudahkan pertukaran informasi antar unit PLN dalam wilayah operasi tersebut.
Cakupan pengembangan aplikasi menurut ITMP lainnya adalah pengaturan dari scenario yang terbesar dari pengembangan sebuah Customer Information System (CIS) yang tentu saja akan memudahkan pengaturan seluruh data pelanggan, dan untuk memudahkan penentuan beban tarif yang akan ditagih pada pelanggan, sebab dengan cara manual sudah sangat tidak memungkinkan dengan bertambahnya jumlah pelanggan PLN. Dalam mengimplementasikan CIS ini, PLN telah membentuk tim untuk merancang kebijakan dan aktivitas untuk mengimplementasikan aplikasi CIS ini di tahun 2006.
Pengembangan system infomasi lainnya yang diimplementasikan pada tahun 2006 adalah e-procurement, yaitu pengadaan barang secara on-line. Di sini, para supplier harus mendaftarkan perusahaannya terlebih dahulu pada PLN, setelah mendaftarkan perusahaan, PLN akan memberikan ID dan Password bagi perusahaan tersebut. ID dan Password ini digunakan untuk masuk ke web site pengadaan PLN dan kemudian akan memberikan penawaran pada PLN. PLN kemudian akan melakukan perbandingan dengan perusahaan lain yang juga telah memberikan penawaran dengan modul KHS (Unit Price Agreement / persetujuan harga unit). Supplier yang keluar sebagai pemenang akan diberitahukan melalui e-mail, web site PLN maupun telepon.
 Namun demikian, perlu diingat, penawaran tidak bisa diberikan pada PLN setiap saat, penawaran hanya bisa diberikan ketika PLN mengumumkan akan melakukan pembelanjaan. Aplikasi yang digunakan adalah aplikasi SIMAT yang menggunakan aplikasi data pendukung dari keseimbangan supply material untuk e-Proc dalam 17 unit. Hal ini berarti bahwa jika salah satu jenis stock barang yang saling bergantung telah hampir habis, maka aplikasi ini akan memberitahukan untuk segera melakukan pengadaan material yang telah hamper habis tersebut. Sebagai contoh, satu buah tiang listrik harus menampung lima kabel listrik. Jika kabel listrik sisa
Sistem akan segera memberitahukan untuk melakuikan pengadaan kabel listrik agar segera untuk memenuhi syarat sebuah tiang listrik tersebut. System informasi lainnya yang baru diterapkan adalah I-SMS 8123 yang akan selesai diimplementasikan pada tahun 2006-2007 antara PT PLN (Persero) dan operator selular sebagai penyedia konten (Content Provider) pada unit distribusi PLN Jawa Timur. Layanan ini akan memberitahukan jumlah pemakaian listrik dalam satu periode, cara dan tempat pembayaran yang bisa dipilih pelanggan, dan cabang-cabang PLN yang ada dalam wilayah tertentu.
Namun demikian, dari sekian sistem informasi manajemen baru yang telah diimplementasikan PLN, dapat dikatakan belum memadai untuk melayani masyarakat, sebab keterbatasan sumber daya manusia yang menjadi kendala utama sulit untuk diatasi. Seperti yang kita ketahui, ternyata jaringan listrik masih belum bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia, masih ada daerah-daerah tertentu yang belum merasakan listrik terutama untuk wilayah Irian Jaya dan sekitarnya (wilayah Indonesia bagian Timur), dan jangankan untuk wilayah Irian Jaya dan sekitanya yang memang sulit untuk dijangkau, daerah pedalaman dari pulau-pulau yang mudah diraih (Jawa, Sumatera, Kaliamantan dan Sulawesi) saja masih ada yang belum bias menggunakan listrik dari PLN.
Selain itu, tidak maksimalnya penerapan sistem informasi manajemen yang direncanakan dan diimplementasikan PLN dapat terlihat pada penerapan ERP yang hanya pada beberapa unit tertentu saja, belum pada seluruh unit di Indonesia. Dan integrasi sistem antar unit PLN dalam satu wilayah belum tentu maksimal, hal ini ditandai bahwa masih ada juga terjadi pencatatan atas beban listrik pelanggan yang lebih dari satu kali. Hal ini tentu saja merugikan pelanggan.
Penerapan CIS juga masih membutuhkan waktu yang belum jelas sebab dalam tahun 2006 saja hanya masih dalam tahap perencanaan, hal ini mengindikasikan implementasi masih belum tentu akan dilakukan kapan sedangkan CIS ini telah sangat dibutuhkan untuk melayani pelanggan yang semakin banyak, terutama dalam hal pencatatan dan pembebanan biaya, sehingga bisa dicegah terjadinya pencatatan dan pembebanan biaya yang lebih dari satu kali pada rekening listrik pelanggan atau bahkan mengklaim bahwa pelanggan belum membayar dan aliran listrik kepada pelanggan tersebut diputus, namun pada kenyataannya pelanggan tersebut sebenarnya telah membayar. Selain itu, layanan I-SMS juga hanya terbatas pada daerah Jawa dan itu juga belum maksimal serta belum dikembangkan hingga seluruh Indonesia.

3.3  Kelebihan dan Keunggulan penggunaan sistem informasi dalam manajemen PT. PLN. antara lain :

  1. a) Adanya perencanaan IT Resources korporat yang baik, karena dalam tubuh PLN terdapat lembaga perencanaan dan teknologi system informasi yang amat menunjang dalam proses pengembangan sistem informasi dan proses bisnis yang dapat meningkatkan profit perusahaan.
    b)      Adanya Perencana korporat dalam 5 tahun,  Perencana korporat  yang dimaksud disini adalah suatu alat yang digunakan oleh Subdit PSI (Sub Direktorat Proses Bisnis dan Sistem Informasi) untuk melakukan perencanaan terhadap pengembangan Sistem informasi secara keseluruhan dalam hal Information Technology Master Plan (ITMP) dan Information Technology Detail Implementation Plan (ITDP)
    c)      Pengembangan proses bisnis secara terpusat. Pengembangan ini terpusat seacra tersentralisasi di bawah kendali Subdit PSI.
    d)     Adanya Aplikasi standar untuk proses bisnis yaitu e-procurement guna pengadaan barang/jasa, aplikasi ini digunakan untuk menghindari pengadaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau perencaan
    e)      Ketersediaan infrastruktur yang kuat dan lengkap, dengan tersedianya infrastruktur jaringan yang handal dimana PLN memiliki anak perusahaan ICON+ yang menjamin lalulintas teknologi dan menjamin jaringan dapat digunakan setiap waktu dengan baik.
    f)       Memiliki jasa pendidikan pada bidang system informasi, karena PLN memiliki pusat pendidikan dan pelatihan bagi karyawan yang memerlukan training lebih di bidang system informasi dan kelistrikan. perlunya pelatihan ini guna menghasilkan SDM yang lebih handal dalam menjalankan proses bisnis secara elektronis.
    g)      Tidak adanya batas ruang dan waktu karena menggunakan teknologi berbasis internet
    h)      Proses pengadaan barang dapat diikuti oleh pemasok secara terbuka
    i)        Proses dalam setiap tahapan pengadaan barang/jasa akan dengan mudah diikuti / diawasi oleh seluruh stakeholder karena menggunakan e-procurement. Proses akan berlangsung secara : Efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan,  adil/tidak diskriminatif, dan  akuntabel
  2. j)   Akan lebih mendorong terjadinya persaingan antar pemasok yang lebih sehat dan mencegah tindakan kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.





3.4  Kekurangan penggunaan sistem informasi dalam manajemen PT. PLN. antara lain :

  1. a.       Keterbatasan dana untuk investasi, dalam melakukan pengembangan system informasi kebutuhan akan anggaran dan dana terhadap kebutuhan teknologi masih sangat terbatas. artinya kebutuhan harus disesuaikan dengan anggaran PLN yang telah dirumuskan oleh tim perumus yang dalam 1 tahun teknologi hanya mendapat anggaran 15 % dari seluruh anggaran
    b.      Kurangnya sumber daya manusia, SDM merupakan sumber utama yang menentukan keberhasilan suatu teknologi dapat berjalan dengan sukses. sedangkan yang  menguasai system belum tentu banyak di PLN.
    c.       Belum diterapkannya IT Government secara menyeluruh, dalam PLN It Government belum diterapkan  masih dalam tahap perencanaan, karena dibutuhkan konsekuensi dan kerjasama di seluruh unit PLN agar dapat berjalan dengan baik.
    d.      Faktor kultur perubahan organisasi yang cepat, dalam PLN kultur organisasi bersifat manual artinya proses untuk mencapai perubahan dalam proses bisnis perusahaan masih sangat kurang. maka diperlukan system informasi y ang mendukung knowledge management.
    e.       Beberapa unit bisnis belum melakukan join bisnis dengan pln.co.id.


    BAB IV
    KESIMPULAN DAN SARAN

    4.1  KESIMPULAN
     Sistem informasi dalam Manajemen PLN seperti yang telah disebutkan, merupakan penambahan dari sistem informasi manajemen yang sebelumnya telah ada pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan tentu saja untuk menunjang operasi PLN dalam menyediakan listrik bagi masyarakat luas seiring dengan perkembangan teknologi dan tentu saja permintaan listrik dari pelanggan yang semakin besar sehingga diperlukan sistem informasi manajemen yang harus bisa menunjang permintaan tersebut.
    Pembuatan aplikasi Enterprise Resources Planning (ERP), telah dilakukan pada kantor utama, distribusi Bali, distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dan PLN P3B dan ditujukan sebagai program implementasi awal dari Go Live Support Extension. PLN juga sedang mengembangkan salah satu aplikasi ERP yang mencakup rencana pembuatan beberapa aplikasi yang termasuk dalam Information Technology Master Plan (ITMP) (rencana utama teknologi informasi) yang mencakup rencana pembuatan aplikasi corporate and shared services (CSSC – Corporate Share Services Center), Customer Information System (CIS), e-procurement, dan I-SMS 8123. Dari sekian jumlah sistem informasi manajemen baru yang telah diimplementasikan PLN, dapat dikatakan belum memadai untuk melayani masyarakat, sebab keterbatasan sumber daya manusia yang menjadi kendala utama sulit untuk diatasi. Penerapan CIS juga masih membutuhkan waktu yang belum jelas sebab dalam tahun 2006 saja hanya masih dalam tahap perencanaan.

     
    4.2  SARAN / REKOMENDASI  DALAM PENERAPAN 
    1.      PLN seharusnya membuat estimasi waktu dan tahapan yang akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu agar bisa lebih jelas dalam melakukan pengendalian.
    2.      Penerapan sistem informasi manajemen dalam PLN sebaiknya segera dilakukan berhubungan dengan teknologi yang makin maju ini, masyarakat tentu saja membutuhkan pelayanan yang lebih baik.
    3.      Dalam menerapkan system informasi, PLN sebaiknya membagi proporsi yang sesuai bagi setiap kantor pusat wilayah, bukan hanya pada satu wilayah, seperti hanya pada pulau jawa saja, sedangkan untuk wilayah Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Irian belum mendapat bagian penerapan sama sekali. Hal ini ditujukan agar bisa lebih mudah untuk menerapkan seluruh system ERP pada seluruh cabang, baik pusat maupun cabang pembantu agar di kemudian hari bisa lebih mudah dalam menerapkan/menyebarluaskan penerapan system untuk seluruh bagian PLN sebab seperti yang kita ketahui, lain wilayah, lain budaya, jadi PLN harus bisa memperhatikan sebaik mungkin hal ini dalam penerimaan system oleh orang-orang yang bekerja di PLN setiap wilayah.
      



    DAFTAR PUSTAKA

    Mulyanto, Agus. (2009). Sistem Informasi Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

    Sutabri, Tata. (2012). Analisa Sistem Informasi. Yogyakarta : ANDI

    Haryadi, Hendi. (2009). Administrasi Perkantoran untuk Manajer & Staf. Jakarta: Visimedia.


Komentar

Postingan Populer